Keputusan Hakim PN
			
			Presiden RI Joko widodo
			
					
										Presiden Jokowi Makin Tersudut
			
        		Selasa 17 Februari 2015, 01:30 WIB
        
			Presiden RI Joko widodo
     			JAKARTA. Riaumandiri. com - Posisi Presiden Joko Widodo, saat ini kian tersudut. Khususnya pascaputusan hakim PN Jakarta Selatan, Sarpin Rizaldi, yang mencabut status tersangka Komjen Budi Gunawan dalam kasus dugaan rekening gendut oleh KPK.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan akan menentukan nasib Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, setelah keluarnya putusan praperadilan. Saat ini, semua pihak harap-harap cemas menanti ketegasan sikap Jokowi.
Namun hingga tadi malam, belum ada tanda-tanda Presiden Jokowi segera memutuskan sikap terkait Komjen Budi Gunawan. Meski mengadakan rapat paripurna dengan para menteri Kabinet Kerja, namun Presiden Jokowi sama sekali tak menyinggung hasil praperadilan yang memenangkan Komjen Budi Gunawan tersebut.
"Tidak ada sama sekali, tidak sama sekali," kata Menko Polhukam Tedjo Edhy, Senin [16/2/2015] malam.
Tedjo mengatakan, rapat tadi malam hanya membahas koordinasi antar kementerian.
Termasuk di dalamnya penyerapan anggaran kementerian sesuai APBN-P.
Penegasan serupa juga disampaikan Menkum HAM Yasonna Laoly. Politisi PDIP memastikan Jokowi tidak berbicara soal nasib Budi Gunawan dalam rapat. "Tidak ada dibicarakan satu kata pun soal itu," kata Yasonna.
Tersudut
Sementara itu, pakar hukum tata negara, Refly Harun, menilai tak masalah Jokowi tak melantik Komjen Budi jadi Kapolri. Karena melantik atau tidak Komjen Budi Gunawan sepenuhnya hak prerogatif presiden.
"Masalahnya adalah bagaimanapun Jokowi tersudut dengan putusan ini," ujarnya.
Sedangkan pakar komunikasi politik, Heri Budianto mengatakan, jika Jokowi melantik Budi Gunawan, maka publik yang pro pemberantasan korupsi akan bersuara lantang mengkritik Presiden Jokowi. Tidak hanya itu, kritikan juga akan datang dari Tim 9 yang pernah memberikan saran untuk membatalkan pelantikan Budi Gunawan.
Sementara itu jika tak melantik maka dia akan berhadapan dengan PDIP. "Menurut saya saatnya presiden bersikap dengan mempertimbangkan resiko politik paling sedikit," imbuh Heri, yang juga Direktur Eksekutif PolcoMM Institute ini.
Penilaian serupa juga dilontarkan Waketum PAN Dradjad Wibowo. Menurutnya, saat ini posisi Jokowi memang dilematis. "Kalau dilantik opini publik hancur, kalau tidak dilantik, di politik bisa babak belur," ujarnya.
Dihadapkan pada posisi rumit seperti itu, Drajad menilai, menjadi wajar saja jika Presiden Jokowi menunda-nunda mengambil keputusan penyelesaian polemik KPK-Polri. Apalagi Jokowi pernah berjanji hanya akan tunduk kepada rakyat dan konstitusi.
Situasi Jokowi bak terjebak di lubang jarum. Satu sisi Jokowi harus mendengarkan suara rakyat, di sisi lain sebagai politisi dia harus menjaga 'kartunya' tetap hidup.
"Jokowi bisa menggunakan politik katapel. Tapi Jokowi harus jeli dan teliti, kalau tidak bisa kena kepala orang atau kepala sendiri," katanya.
Segera Lantik
Saat ini, tekanan ke Jokowi untuk melantik Budi Gunawan kian santer setelah hakim tunggal Sarpin mencabut status tersangka Komjen Budi. Khususnya PDIP sebagai partai pengusung Jokowi, tak ragu lagi mendorong Jokowi lekas melantik Komjen Budi yang disebut-sebut dekat dengan Teuku Umar itu jadi Kapolri. Bagi Trimedya, tak ada lagi alasan bagi Jokowi untuk menunggu lebih lama melantik BG.
"Saya kira [BG] akan dilantik. Karena putusan Pengadilan Jakarta Selatan sudah inkrah. Pak Jokowi kan konsisten (sebelumnya) menunggu proses praperadilan," kata Wakil Ketua DPR Trimedya Pandjaitan.
Desakan serupa juga datang dari politikus PDIP lainnya, TB Hasanuddin. Ia mendesak Presiden Jokowi segera melantik Budi Gunawan. Sebelumnya di Solo, Jawa Tengah, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan pentolan KIH lainnya juga meminta Presiden mengambil keputusan setelah putusan praperadilan.
                                               
Ajukan PK
Terkait hal itu, Kalangan pro pemberantasan korupsi seperti Prof Denny Indrayana juga melihat masih ada jalan keluar untuk mengantisipasi putusan PN Jaksel yang kontroversial tersebut. Misalnya KPK dapat mengajukan PK ke Mahkamah Agung.
"Putusan praperadilan sudah terlanjur memutuskan demikian. Putusan yang menurut saya harus tetap dikritisi. Karena Putusan MK tahun 2012 melarang putusan praperadilan dibanding, dan UU MA mengatakan MA tidak bisa memeriksa praperadilan, satu-satunya jalan yang tersedia bagi KPK adalah mengajukan upaya hukum luar biasa berupa PK ke MA," kata guru besar hukum UGM ini.** (bbs, dtc, kom, ral, sis)
     		
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan akan menentukan nasib Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, setelah keluarnya putusan praperadilan. Saat ini, semua pihak harap-harap cemas menanti ketegasan sikap Jokowi.
Namun hingga tadi malam, belum ada tanda-tanda Presiden Jokowi segera memutuskan sikap terkait Komjen Budi Gunawan. Meski mengadakan rapat paripurna dengan para menteri Kabinet Kerja, namun Presiden Jokowi sama sekali tak menyinggung hasil praperadilan yang memenangkan Komjen Budi Gunawan tersebut.
"Tidak ada sama sekali, tidak sama sekali," kata Menko Polhukam Tedjo Edhy, Senin [16/2/2015] malam.
Tedjo mengatakan, rapat tadi malam hanya membahas koordinasi antar kementerian.
Termasuk di dalamnya penyerapan anggaran kementerian sesuai APBN-P.
Penegasan serupa juga disampaikan Menkum HAM Yasonna Laoly. Politisi PDIP memastikan Jokowi tidak berbicara soal nasib Budi Gunawan dalam rapat. "Tidak ada dibicarakan satu kata pun soal itu," kata Yasonna.
Tersudut
Sementara itu, pakar hukum tata negara, Refly Harun, menilai tak masalah Jokowi tak melantik Komjen Budi jadi Kapolri. Karena melantik atau tidak Komjen Budi Gunawan sepenuhnya hak prerogatif presiden.
"Masalahnya adalah bagaimanapun Jokowi tersudut dengan putusan ini," ujarnya.
Sedangkan pakar komunikasi politik, Heri Budianto mengatakan, jika Jokowi melantik Budi Gunawan, maka publik yang pro pemberantasan korupsi akan bersuara lantang mengkritik Presiden Jokowi. Tidak hanya itu, kritikan juga akan datang dari Tim 9 yang pernah memberikan saran untuk membatalkan pelantikan Budi Gunawan.
Sementara itu jika tak melantik maka dia akan berhadapan dengan PDIP. "Menurut saya saatnya presiden bersikap dengan mempertimbangkan resiko politik paling sedikit," imbuh Heri, yang juga Direktur Eksekutif PolcoMM Institute ini.
Penilaian serupa juga dilontarkan Waketum PAN Dradjad Wibowo. Menurutnya, saat ini posisi Jokowi memang dilematis. "Kalau dilantik opini publik hancur, kalau tidak dilantik, di politik bisa babak belur," ujarnya.
Dihadapkan pada posisi rumit seperti itu, Drajad menilai, menjadi wajar saja jika Presiden Jokowi menunda-nunda mengambil keputusan penyelesaian polemik KPK-Polri. Apalagi Jokowi pernah berjanji hanya akan tunduk kepada rakyat dan konstitusi.
Situasi Jokowi bak terjebak di lubang jarum. Satu sisi Jokowi harus mendengarkan suara rakyat, di sisi lain sebagai politisi dia harus menjaga 'kartunya' tetap hidup.
"Jokowi bisa menggunakan politik katapel. Tapi Jokowi harus jeli dan teliti, kalau tidak bisa kena kepala orang atau kepala sendiri," katanya.
Segera Lantik
Saat ini, tekanan ke Jokowi untuk melantik Budi Gunawan kian santer setelah hakim tunggal Sarpin mencabut status tersangka Komjen Budi. Khususnya PDIP sebagai partai pengusung Jokowi, tak ragu lagi mendorong Jokowi lekas melantik Komjen Budi yang disebut-sebut dekat dengan Teuku Umar itu jadi Kapolri. Bagi Trimedya, tak ada lagi alasan bagi Jokowi untuk menunggu lebih lama melantik BG.
"Saya kira [BG] akan dilantik. Karena putusan Pengadilan Jakarta Selatan sudah inkrah. Pak Jokowi kan konsisten (sebelumnya) menunggu proses praperadilan," kata Wakil Ketua DPR Trimedya Pandjaitan.
Desakan serupa juga datang dari politikus PDIP lainnya, TB Hasanuddin. Ia mendesak Presiden Jokowi segera melantik Budi Gunawan. Sebelumnya di Solo, Jawa Tengah, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan pentolan KIH lainnya juga meminta Presiden mengambil keputusan setelah putusan praperadilan.
Ajukan PK
Terkait hal itu, Kalangan pro pemberantasan korupsi seperti Prof Denny Indrayana juga melihat masih ada jalan keluar untuk mengantisipasi putusan PN Jaksel yang kontroversial tersebut. Misalnya KPK dapat mengajukan PK ke Mahkamah Agung.
"Putusan praperadilan sudah terlanjur memutuskan demikian. Putusan yang menurut saya harus tetap dikritisi. Karena Putusan MK tahun 2012 melarang putusan praperadilan dibanding, dan UU MA mengatakan MA tidak bisa memeriksa praperadilan, satu-satunya jalan yang tersedia bagi KPK adalah mengajukan upaya hukum luar biasa berupa PK ke MA," kata guru besar hukum UGM ini.** (bbs, dtc, kom, ral, sis)
| Editor | : | bbs, dtc, kom, ral, sis | 
| Kategori | : | Nasional | 
							Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com						
											
	Komentar Anda
	Berita Terkait
  Berita Pilihan
  
        
                        Internasional
        

        		Minggu 07 September 2025, 20:18 WIB
        
			Timnas Indonesia U-23 Wajib Kalahkan Korea Selatan Untuk lolos ke Putaran Final Piala Asia U-23 2025   
        		Rabu 09 Juli 2025
            
PKB Gelar Puncak Harlah 23 Juli, Undang Prabowo hingga Ketum Partai
        		Rabu 11 Juni 2025
            
Arab Saudi Tegur Indonesia soal Data Kesehatan Jemaah, Kuota Haji 2026 Terancam Dipotong
        		Kamis 08 Mei 2025
            
"Jelang Kedatangan Jemaah, Petugas Siapkan Layanan di Makkah"
        
                        Politik
        

        		Rabu 29 Oktober 2025, 14:26 WIB
        
			Bertemu Menteri Imigrasi, Ketua IWO Riau Tegaskan Komitmen Jadi Mitra Strategis Imigrasi dan Lapas
        		Jumat 17 Oktober 2025
            
Rohul Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Riau, Bukti Kepemimpinan Visioner Bupati Anton dan Wabup Syafaruddin Poti
        		Minggu 05 Oktober 2025
            
Tim Gabungan Avsec dan Lanud RSN Gagalkan Penyelundupan Narkotika Jenis Sabu Seberat Hampir 1Kg
        		Rabu 27 Agustus 2025
            
Kejari Rohul Tahan LA Kepsek dan R Bendahara SMAN 1 Ujung Batu
         Nasional         
        

        		Senin 03 November 2025, 22:19 WIB
        
			Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
        		Senin 03 November 2025
            
Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
        		Senin 03 November 2025
            
PT. Tunggal Perkasa Plantations Giat Sosial, Fogging Permukiman Warga Cegah DBD
        		Jumat 24 Oktober 2025
            
Pemerintah Indonesia Resmi Bolehkan Umroh Mandiri Tanpa Biro Travel
  Terpopuler
01
            Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
            
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har        02
            Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
            
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern        03
            Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
            
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan        04
            Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
            
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK        05
            Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
            
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta  Klarifikasi Harta ke KPK        
  
         Pekanbaru         
        

        		Senin 20 Oktober 2025, 07:04 WIB
        
			Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
        		Senin 20 Oktober 2025
            
Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
        		Selasa 07 Oktober 2025
            
Dugaan Adanya SPPD fiktif di DPRD Kota Pekanbaru, Sekwan Hambali Diperiksa Kejari
        		Rabu 01 Oktober 2025
            
Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim  Ditreskrimsus Polda Riau