
Flatform ekonomi JK."Gotong Royong".Hatta,"Ekonomi Kerakyatan"
Foto ; Hatta Rajasa Dan Jusuf Kalla
Kalla Vs Hatta, Di Mata Pangsa Pasar Ekonomi
Rabu 21 Mei 2014, 03:56 WIB

JAKARTA. Riaumadani.com - Dua pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden sudah muncul dan siap berlaga di Pemilu Presiden 2014. Pada hari kedua pasangan calon dideklarasikan kepada publik, Senin (19/5/2014), pasar merespons positif dan respons itu berlanjut pada Selasa (20/5/2014).
Sentimen ini dinilai sebagai sinyal pasar tak mempermasalahkan komposisi kedua pasangan calon itu tetapi bukan berarti tantangan para calon terkait sektor ekonomi sudah rampung. "Respons yang muncul memperlihatkan pasar tak bermasalah dengan kedua pasangan calon," kata ekonom Aviliani saat dihubungi Selasa (20/5/2014) malam.
Apalagi, ujar Aviliani, dua sosok bakal calon wakil presiden yang bakal berlaga juga sudah dikenal baik oleh pasar. "Sudah terukur, dua-duanya dianggap bisa bekerja, dan sudah ketahuan kinerjanya."
Dua pasangan bakal calon presiden itu adalah Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang diusung poros PDI-P, serta pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dari poros Partai Gerindra. Kalla sudah lama malang-melintang di dunia usaha dan pernah menjadi Wakil Presiden dengan ekonomi menjadi tugasnya, adapun jabatan terakhir Hatta adalah Menteri Koordinator Perekonomian.
Di poros PDI-P ada Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Adapun di poros Gerindra, bergabung Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bulan Bintang, dan Partai Golkar.
Menurut Aviliani, sejauh ini platform ekonomi yang diajukan kedua pasangan calon juga belum mendatangkan sentimen negatif dari pasar. Apalagi, secara garis besar ada kemiripan di tataran ideal yang masuk dalam platform ekonomi kedua pasangan.
Salah satu anggota tim sukses pasangan Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari, mengatakan platform ekonomi pasangan ini adalah,"Gotong Royong", lewat layanan pesan, Selasa malam. Adapun Wakil Ketua Umum PAN, Dradjad Hari Wibowo, menyebut konsep ekonomi pasangan Prabowo dan Hatta adalah "Ekonomi Kerakyatan", lewat layanan pesan pada Rabu (21/5/2014) pagi.
Tantangan
Bagi Aviliani, apa pun nama konsep yang diusung para kandidat bukanlah persoalan. Namun, ada catatan yang dia bubuhkan. "Yang perlu di-declare ke publik, jangan sampai dua-duanya dianggap sebagai anti-asing. Bila sampai demikian, asing akan melihat adanya bahaya dan rentan terjadi reversal [pembalikan arus modal, red]," papar dia.
Aviliani kemudian menyebutkan setidaknya ada tiga tantangan utama bagi kedua pasangan calon. Ketiganya adalah kebijakan fiskal, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing.
"Kalau defisit anggaran terus membengkak, kredibilitas perekonomian Indonesia akan diragukan. Dampaknya, pelemahan rupiah akan langsung terjadi," kata Aviliani soal tantangan kebijakan fiskal. Menurut dia, di bidang ini terobosan yang ditunggu dari siapa pun pasangan yang memenangi pemilu kelak adalah masalah kebijakan subsidi dan optimasi pajak.
Kebijakan subsidi, ujar Aviliani, terutama terkait energi harus bisa diubah menjadi program yang berkontribusi langsung pada pengentasan kemiskinan dan pembenahan infrastuktur. Adapun terkait optimasi pajak, dia berpendapat target yang dipatok jangan lagi mengejar wajib pajak yang itu-itu saja, tetapi harus diubah pada cakupan wajib pajak.
"Saat ini wajib pajak yang memenuhi kewajibannya sekitar 25 juta orang atau badan usaha. Sementara, datanya ada 50 juta wajib pajak kelas atas dan 100 juta wajib pajak kelas menengah," papar Aviliani.
Karenanya, kebijakan intensifikasi pajak tidak tepat bila dilakukan dengan memperbesar persentase kewajiban pajak ataupun mengejar wajib pajak yang itu-itu saja. "Yang sudah bayar jangan terus dipersulit. Transparansi pajak harus dihargai. Kejar yang belum bayar pajak."
Sementara itu, masalah penciptaan lapangan kerja menurut Aviliani merupakan problem yang lebih menantang lagi. Secara teori, papar dia, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen akan menyerap 200.000 tenaga kerja.
Padahal, kata Aviliani, angka pengangguran sekarang sekitar 2 juta orang. Artinya, bila pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 6 persen, masih ada potensi pengangguran sekitar 800.000 tenaga kerja yang tak terserap. "Ada potensi konflik sosial di sini."
Adapun tantangan menyangkut daya saing, kata Aviliani, dalam bahasa gampangnya adalah kebutuhan untuk menggenjot ekspor demi menambah laju aliran dana masuk. "Selama ini yang dimainkan baru kebijakan moneter [untuk menjaga stabilitas ekonomi]," ujar dia. Indikasinya, sebut dia, kebijakan suku bunga masih terlalu dominan.
Kritik untuk program ideal
Meski berpendapat sosok para kandidat berikut platform yang diusung tak mendatangkan respons negatif dari pasar, Aviliani mengingatkan siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti untuk tak buru-buru memaksakan program ideal dalam platform mereka. "Program-program ideal itu butuh waktu lama untuk terwujud sepenuhnya," ujar dia.
Soal ketahanan pangan, misalnya, menurut Aviliani bukan program yang bisa terwujud dalam satu dua tahun. "Harus ada stabilisasi di tingkat petani," ujar dia memberikan gambaran. Dengan kepemilikan lahan petani masih di kisaran data saat ini, kata dia, target menambah produksi tak akan terjadi.
"[Platform ekonomi para kandidat] bagus di konsep tapi implementasi tak semudah itu," tegas Aviliani. Seruan untuk mengurangi impor dalam kondisi saat ini, imbuh dia memberikan contoh lain, bila dipaksakan justru bisa memunculkan kekurangan pasokan bahan pangan.
"Selama ini tak terbangun buffer untuk pengaman bagi para petani," sebut Aviliani soal tantangan utama untuk pewujudan konsep ketahanan pangan yang diusung baik oleh pasangan Jokowi-Kalla maupun Prabowo-Hatta. "Jaga petani jangan miskin!" pesan dia.
Sama halnya dengan pangan, Aviliani mengatakan ketahanan energi juga butuh waktu untuk bisa terealisasi. "Lima tahun menjabat dan jalankan kebijakan menuju ketahanan energi ini belum tentu ada hasilnya," kata dia. Untuk sektor energi, menggenjot produksi berarti butuh investasi teknologi. **
Sentimen ini dinilai sebagai sinyal pasar tak mempermasalahkan komposisi kedua pasangan calon itu tetapi bukan berarti tantangan para calon terkait sektor ekonomi sudah rampung. "Respons yang muncul memperlihatkan pasar tak bermasalah dengan kedua pasangan calon," kata ekonom Aviliani saat dihubungi Selasa (20/5/2014) malam.
Apalagi, ujar Aviliani, dua sosok bakal calon wakil presiden yang bakal berlaga juga sudah dikenal baik oleh pasar. "Sudah terukur, dua-duanya dianggap bisa bekerja, dan sudah ketahuan kinerjanya."
Dua pasangan bakal calon presiden itu adalah Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang diusung poros PDI-P, serta pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dari poros Partai Gerindra. Kalla sudah lama malang-melintang di dunia usaha dan pernah menjadi Wakil Presiden dengan ekonomi menjadi tugasnya, adapun jabatan terakhir Hatta adalah Menteri Koordinator Perekonomian.
Di poros PDI-P ada Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Adapun di poros Gerindra, bergabung Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bulan Bintang, dan Partai Golkar.
Menurut Aviliani, sejauh ini platform ekonomi yang diajukan kedua pasangan calon juga belum mendatangkan sentimen negatif dari pasar. Apalagi, secara garis besar ada kemiripan di tataran ideal yang masuk dalam platform ekonomi kedua pasangan.
Salah satu anggota tim sukses pasangan Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari, mengatakan platform ekonomi pasangan ini adalah,"Gotong Royong", lewat layanan pesan, Selasa malam. Adapun Wakil Ketua Umum PAN, Dradjad Hari Wibowo, menyebut konsep ekonomi pasangan Prabowo dan Hatta adalah "Ekonomi Kerakyatan", lewat layanan pesan pada Rabu (21/5/2014) pagi.
Tantangan
Bagi Aviliani, apa pun nama konsep yang diusung para kandidat bukanlah persoalan. Namun, ada catatan yang dia bubuhkan. "Yang perlu di-declare ke publik, jangan sampai dua-duanya dianggap sebagai anti-asing. Bila sampai demikian, asing akan melihat adanya bahaya dan rentan terjadi reversal [pembalikan arus modal, red]," papar dia.
Aviliani kemudian menyebutkan setidaknya ada tiga tantangan utama bagi kedua pasangan calon. Ketiganya adalah kebijakan fiskal, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing.
"Kalau defisit anggaran terus membengkak, kredibilitas perekonomian Indonesia akan diragukan. Dampaknya, pelemahan rupiah akan langsung terjadi," kata Aviliani soal tantangan kebijakan fiskal. Menurut dia, di bidang ini terobosan yang ditunggu dari siapa pun pasangan yang memenangi pemilu kelak adalah masalah kebijakan subsidi dan optimasi pajak.
Kebijakan subsidi, ujar Aviliani, terutama terkait energi harus bisa diubah menjadi program yang berkontribusi langsung pada pengentasan kemiskinan dan pembenahan infrastuktur. Adapun terkait optimasi pajak, dia berpendapat target yang dipatok jangan lagi mengejar wajib pajak yang itu-itu saja, tetapi harus diubah pada cakupan wajib pajak.
"Saat ini wajib pajak yang memenuhi kewajibannya sekitar 25 juta orang atau badan usaha. Sementara, datanya ada 50 juta wajib pajak kelas atas dan 100 juta wajib pajak kelas menengah," papar Aviliani.
Karenanya, kebijakan intensifikasi pajak tidak tepat bila dilakukan dengan memperbesar persentase kewajiban pajak ataupun mengejar wajib pajak yang itu-itu saja. "Yang sudah bayar jangan terus dipersulit. Transparansi pajak harus dihargai. Kejar yang belum bayar pajak."
Sementara itu, masalah penciptaan lapangan kerja menurut Aviliani merupakan problem yang lebih menantang lagi. Secara teori, papar dia, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen akan menyerap 200.000 tenaga kerja.
Padahal, kata Aviliani, angka pengangguran sekarang sekitar 2 juta orang. Artinya, bila pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 6 persen, masih ada potensi pengangguran sekitar 800.000 tenaga kerja yang tak terserap. "Ada potensi konflik sosial di sini."
Adapun tantangan menyangkut daya saing, kata Aviliani, dalam bahasa gampangnya adalah kebutuhan untuk menggenjot ekspor demi menambah laju aliran dana masuk. "Selama ini yang dimainkan baru kebijakan moneter [untuk menjaga stabilitas ekonomi]," ujar dia. Indikasinya, sebut dia, kebijakan suku bunga masih terlalu dominan.
Kritik untuk program ideal
Meski berpendapat sosok para kandidat berikut platform yang diusung tak mendatangkan respons negatif dari pasar, Aviliani mengingatkan siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih nanti untuk tak buru-buru memaksakan program ideal dalam platform mereka. "Program-program ideal itu butuh waktu lama untuk terwujud sepenuhnya," ujar dia.
Soal ketahanan pangan, misalnya, menurut Aviliani bukan program yang bisa terwujud dalam satu dua tahun. "Harus ada stabilisasi di tingkat petani," ujar dia memberikan gambaran. Dengan kepemilikan lahan petani masih di kisaran data saat ini, kata dia, target menambah produksi tak akan terjadi.
"[Platform ekonomi para kandidat] bagus di konsep tapi implementasi tak semudah itu," tegas Aviliani. Seruan untuk mengurangi impor dalam kondisi saat ini, imbuh dia memberikan contoh lain, bila dipaksakan justru bisa memunculkan kekurangan pasokan bahan pangan.
"Selama ini tak terbangun buffer untuk pengaman bagi para petani," sebut Aviliani soal tantangan utama untuk pewujudan konsep ketahanan pangan yang diusung baik oleh pasangan Jokowi-Kalla maupun Prabowo-Hatta. "Jaga petani jangan miskin!" pesan dia.
Sama halnya dengan pangan, Aviliani mengatakan ketahanan energi juga butuh waktu untuk bisa terealisasi. "Lima tahun menjabat dan jalankan kebijakan menuju ketahanan energi ini belum tentu ada hasilnya," kata dia. Untuk sektor energi, menggenjot produksi berarti butuh investasi teknologi. **
Editor | : | Sumber : Kompas.com |
Kategori | : | Nasional |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional

Minggu 07 September 2025, 20:18 WIB
Timnas Indonesia U-23 Wajib Kalahkan Korea Selatan Untuk lolos ke Putaran Final Piala Asia U-23 2025
Rabu 09 Juli 2025
PKB Gelar Puncak Harlah 23 Juli, Undang Prabowo hingga Ketum Partai
Rabu 11 Juni 2025
Arab Saudi Tegur Indonesia soal Data Kesehatan Jemaah, Kuota Haji 2026 Terancam Dipotong
Kamis 08 Mei 2025
"Jelang Kedatangan Jemaah, Petugas Siapkan Layanan di Makkah"
Politik

Rabu 27 Agustus 2025, 22:19 WIB
Kejari Rohul Tahan LA Kepsek dan R Bendahara SMAN 1 Ujung Batu
Senin 25 Agustus 2025
Silaturahmi Akbar jamaah haji Rokan Hulu tahun 2025, Bupati Anton : jadikan sebagai wadah mempererat ukhuwah islamiah
Minggu 24 Agustus 2025
Bupati Bengkalis Resmikan Gedung Futsal dan Turnamen Kenji Cup I 2025.
Sabtu 16 Agustus 2025
Camat Sungai Apit Lepaskan 32 Regu Peserta Lomba Gerak Jalan, Dalam Rangka HUT RI yang Ke-80 Tahun 2025
Nasional

Rabu 24 September 2025, 18:46 WIB
Lintas Tengah Rusak, Elemen Masyarakat Sepakat, Truck Angkutan Batu Bara Bangun Jalan Alternatif
Rabu 24 September 2025
Lintas Tengah Rusak, Elemen Masyarakat Sepakat, Truck Angkutan Batu Bara Bangun Jalan Alternatif
Rabu 24 September 2025
Siti Aisyah Anggota MPR RI Fraksi PDI-P A-164 Sosialisasi 4 Pilar di Kampung Seberang, Rengat, Inhu, Riau
Selasa 23 September 2025
Abdul Azis & Wandri Sahputra Simbolon Protes Relokasi Serta Ketidakjelasan Status Lahan
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK 


Pekanbaru

Rabu 01 Oktober 2025, 23:02 WIB
Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau
Rabu 01 Oktober 2025
Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau
Rabu 01 Oktober 2025
Video Viral di Mal Pekanbaru, Dr. Jeri Klarifikasi Ungkap Fakta Pernikahannya dengan Novi
Senin 11 Agustus 2025
Peringati HUT ke-13 IWO, Muridi Susandi: Jurnalisme Bukan Hanya Tentang Berita, Tapi Senjata Perubahan