DIALOG DI Jim Kita Bisa
Ada Apa dengan Asap: Alumni Beri Solusi", di sesi
pertemuan ke 3 (JKB #3), yang rutin diadakan 2 pekan sekali di JOm Ngopi
Kopi Sedap, Jalan Adi Sucipto Pekanbaru.
Ada Apa Dengan Asap Riau. Alumni UR Beri Solusi
Kamis 26 September 2019, 04:35 WIB
Ada Apa dengan Asap: Alumni Beri Solusi", di sesi
pertemuan ke 3 (JKB #3), yang rutin diadakan 2 pekan sekali di JOm Ngopi
Kopi Sedap, Jalan Adi Sucipto Pekanbaru.
PEKANBARU. RIAUMADANI. COM - Asap di Riau terjadi menahun. Tapi anehnya, 3 tahun lalu, 2016-2018 asap tak muncul. Namun di 2019 ini kembali Riau didera persoalan asap yang berat. Sekolah bahkan libur. Kerugian bisa mencapai triliunan rupiah.
Paham ini masalah krusial, Ikatan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) Unri, lewat program JOm Kita Bisa (Bincang santai), mengangkat tema "Ada Apa dengan Asap: Alumni Beri Solusi", di sesi pertemuan ke 3 (JKB #3), yang rutin diadakan 2 pekan sekali di JOm Ngopi Kopi Sedap, Jalan Adi Sucipto Pekanbaru.
Bincang santai tapi berisi ini, dilaksanakan, Rabu (25/9/2019). Nara sumber yang hadir hebat-hebat, yakni Wakil Rektor 3 Unri Prof Dr Iwantono MPhil, pakar lingkungan dan gambut yang juga dosen Ir Makruf Siregar MSi dan alumni Faperika Unri yang punya segudang temuan/hasil penelitian Dr Wan Sopyan Hadi MT.
Diskusi sore, pukul 16.25 Wib hingga 18.16 Wib itu sangat hidup. Selain para pakar lingkungan, audiens yang hadir juga dari kalangan mahasiswa, tokoh masyarakat, LAMR, dan para awak media cetak, elektronik dan online. Karena persoalan asap sudah jadi momok bersama, JKB #3 ini seperti jadi saluran yang pas untuk mendiskusikan unek-unek.
Walau sedikit seru, tapi jalannya diskusi tetap santai. Apalagi ada Ketua IKA Faperika Unri Baikal SPi MSi, dan dipandu moderator Khairul Amri SPi, membuat JKB #3 semakin hidup dan bersemangat.
Menurut WR 3 Unri Prof Iwantono, terkait asap Unri sudah berbuat. Salah satunya, membentuk satgas peduli bencana. Kemudian, ada penelitian tentang tata kelola lahan gambut dan juga melakukan aksi sosial langsung ke masyarkat.
"Kita, sejak 2012 lalu sudah aktif terlibat dalam masalah asap di Riau. Karena 2016-2018 lalu tak lagi ada asap, barulah di 2019 ini kembali kita aktifkan satgas peduli bencana ini. Anggotanya para mahasiswa yang sudah kita latih. Termasuk juga membantu di lapangan, dengan cara penetapan hasil penelitian di lahan gambut. Bahkan, para mahasiswa yang KKN atau praktik lapang ke masyarakat, pun selalu memberi edukasi agar tidak membakar lahan dan hutan. Unri siap ambil bagian bersama pemerintah dan alumni untuk penanganan Karhutla ini," kata dia.
Sementara menurut Makruf Siregar, ada tiga langkah tepat dan konkret untuk menghilangkan masalah asap di Riau. 1) rewetting, tetap memastikan lahan gambut itu badah, 2) revegetasi, tanami lahan gambut itu dengan tanaman ramah gambut, seperti pinang dan nenas, dan 3) berdayakan masyarakat di sekitar lahan gambut itu. Ajak juga mereka untuk sama-sama memelihara lahan gambut tersebut.
"Minimal 40 cm air di lahan gambut itu harus ada terus. Tak boleh kering air di lahan ini. Rewetting atau tetap basah, itu pasti tak akan membuat gambut kering dan mudah terbakar. Dan, masyarakat di sekitar lahan ini, ya wajib di sadarkan dan diberdayakan. Selagi mereka tak berdaya alias miskin-miskin, jangan harap tak ada kebakaran lahan gambut. Mau makan apa mereka. Kalau mau asap selesai, itu tiga langkahnya: rewetting, revegetasi dan pemberdayaan masyarakat," jelas Makruf.
Sementara Dr Sopyan Hadi, secara mencengangkan semua audiens, mengekspos beberapa temuannya yang bisa dipakai untuk pencegahan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau. Misalnya ada temuan pesawat mini tanpa awak, yang bisa dipakai untuk monitoring lahan pada radius sangat luas. Sopyan pernah menggunakan pesawat itu untuk memantau kawan Cagar Booster yang begitu luas. Cukup dipantau di satu ruangan saja, jelajah pesawat ini bisa jelas terlihat di monitor. Dengan begitu, lahan gambut busa rutin dipantau dari udara, dan tidak ribut pas begitu terbakar.
Sopyan juga menujukkan hasil temuan terbarunya, yakni ekstrak campuran untuk air semprotan mobil pemadam kebakaran. "Ekstrak batang pisang. Namanya belum ada. Tapi, dengan campuran ekstrak ini, air semprotan pemadam itu akan jauh berkualitas. Air ini bisa cepat mematikan api di lahan gambut yang terbakar dan cepat pula mendinginkan lahan bekas terbakar. Dengan begitu, pemadam api tak perlu berlama lagi dan tak perlu menguras tenaga di lapangan," kata Sopyan memberi penjelasan.
Namun, ia sadar bahwa temuannya itu belum bisa diproduksi massal. "Selama ini saya masih mengerjakan ini secara mandiri. Masih dengan modal sendiri dan terbatas," ujar Sopyan, sambil memutar video dirinya bersama para pemadam karhutla, beberapa waktu lalu ikut memadamkan api dan mendinginkan lahan bekas karhutla. Ia pun punya harapan besar pada JKB dan Unri, juga pemerintah agar bisa bersama-sama menjadikan temuan itu sebagai salah satu cara untuk bebas dari bencana asap.
Gayung pun bersambut. WR 3 Unri Prof Iwantono berjanji akan segera membawa hasil temuan alumni ini ke kampus. Menurutnya, karya alumni seperti inilah yang selama ini ditunggu-tunggu. Dalam waktu dekat, pihak Unri akan adakan kuliah umum yang besar untuk mendengar ekspos temuan ini. Dan, rencana WR 3 ini didukung pula oleh rekan-rekan BEM Faperika Unri yang hadir di JKB #3 kemarin. Iwantono yakin, jika kampus dan alumni bersama-sama bergerak pasti masalah asap dan masalah lain di Riau akan bisa diselesaikan.
Melihat antusias ini, Ketua IKA Faperika Unri Baikal, pun merasa sangar senang. Menurut dia, JKB ini adalah wadah alumni Unri, buka saja alumni Faperika, untuk berkumpul dan berdiskusi. Ia berharap, lewat JKB, yang sudah 3 kali mengadakan pertemuan, akan lahir ide dan pemikiran cemerlang untuk memajukan almamater Unri dan tentunya juga Provinsi Riau. Inilah salah satu peran alumni Unri, dan diharapkan semua pihak bisa mendukungnya. Rls
Paham ini masalah krusial, Ikatan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) Unri, lewat program JOm Kita Bisa (Bincang santai), mengangkat tema "Ada Apa dengan Asap: Alumni Beri Solusi", di sesi pertemuan ke 3 (JKB #3), yang rutin diadakan 2 pekan sekali di JOm Ngopi Kopi Sedap, Jalan Adi Sucipto Pekanbaru.
Bincang santai tapi berisi ini, dilaksanakan, Rabu (25/9/2019). Nara sumber yang hadir hebat-hebat, yakni Wakil Rektor 3 Unri Prof Dr Iwantono MPhil, pakar lingkungan dan gambut yang juga dosen Ir Makruf Siregar MSi dan alumni Faperika Unri yang punya segudang temuan/hasil penelitian Dr Wan Sopyan Hadi MT.
Diskusi sore, pukul 16.25 Wib hingga 18.16 Wib itu sangat hidup. Selain para pakar lingkungan, audiens yang hadir juga dari kalangan mahasiswa, tokoh masyarakat, LAMR, dan para awak media cetak, elektronik dan online. Karena persoalan asap sudah jadi momok bersama, JKB #3 ini seperti jadi saluran yang pas untuk mendiskusikan unek-unek.
Walau sedikit seru, tapi jalannya diskusi tetap santai. Apalagi ada Ketua IKA Faperika Unri Baikal SPi MSi, dan dipandu moderator Khairul Amri SPi, membuat JKB #3 semakin hidup dan bersemangat.
Menurut WR 3 Unri Prof Iwantono, terkait asap Unri sudah berbuat. Salah satunya, membentuk satgas peduli bencana. Kemudian, ada penelitian tentang tata kelola lahan gambut dan juga melakukan aksi sosial langsung ke masyarkat.
"Kita, sejak 2012 lalu sudah aktif terlibat dalam masalah asap di Riau. Karena 2016-2018 lalu tak lagi ada asap, barulah di 2019 ini kembali kita aktifkan satgas peduli bencana ini. Anggotanya para mahasiswa yang sudah kita latih. Termasuk juga membantu di lapangan, dengan cara penetapan hasil penelitian di lahan gambut. Bahkan, para mahasiswa yang KKN atau praktik lapang ke masyarakat, pun selalu memberi edukasi agar tidak membakar lahan dan hutan. Unri siap ambil bagian bersama pemerintah dan alumni untuk penanganan Karhutla ini," kata dia.
Sementara menurut Makruf Siregar, ada tiga langkah tepat dan konkret untuk menghilangkan masalah asap di Riau. 1) rewetting, tetap memastikan lahan gambut itu badah, 2) revegetasi, tanami lahan gambut itu dengan tanaman ramah gambut, seperti pinang dan nenas, dan 3) berdayakan masyarakat di sekitar lahan gambut itu. Ajak juga mereka untuk sama-sama memelihara lahan gambut tersebut.
"Minimal 40 cm air di lahan gambut itu harus ada terus. Tak boleh kering air di lahan ini. Rewetting atau tetap basah, itu pasti tak akan membuat gambut kering dan mudah terbakar. Dan, masyarakat di sekitar lahan ini, ya wajib di sadarkan dan diberdayakan. Selagi mereka tak berdaya alias miskin-miskin, jangan harap tak ada kebakaran lahan gambut. Mau makan apa mereka. Kalau mau asap selesai, itu tiga langkahnya: rewetting, revegetasi dan pemberdayaan masyarakat," jelas Makruf.
Sementara Dr Sopyan Hadi, secara mencengangkan semua audiens, mengekspos beberapa temuannya yang bisa dipakai untuk pencegahan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau. Misalnya ada temuan pesawat mini tanpa awak, yang bisa dipakai untuk monitoring lahan pada radius sangat luas. Sopyan pernah menggunakan pesawat itu untuk memantau kawan Cagar Booster yang begitu luas. Cukup dipantau di satu ruangan saja, jelajah pesawat ini bisa jelas terlihat di monitor. Dengan begitu, lahan gambut busa rutin dipantau dari udara, dan tidak ribut pas begitu terbakar.
Sopyan juga menujukkan hasil temuan terbarunya, yakni ekstrak campuran untuk air semprotan mobil pemadam kebakaran. "Ekstrak batang pisang. Namanya belum ada. Tapi, dengan campuran ekstrak ini, air semprotan pemadam itu akan jauh berkualitas. Air ini bisa cepat mematikan api di lahan gambut yang terbakar dan cepat pula mendinginkan lahan bekas terbakar. Dengan begitu, pemadam api tak perlu berlama lagi dan tak perlu menguras tenaga di lapangan," kata Sopyan memberi penjelasan.
Namun, ia sadar bahwa temuannya itu belum bisa diproduksi massal. "Selama ini saya masih mengerjakan ini secara mandiri. Masih dengan modal sendiri dan terbatas," ujar Sopyan, sambil memutar video dirinya bersama para pemadam karhutla, beberapa waktu lalu ikut memadamkan api dan mendinginkan lahan bekas karhutla. Ia pun punya harapan besar pada JKB dan Unri, juga pemerintah agar bisa bersama-sama menjadikan temuan itu sebagai salah satu cara untuk bebas dari bencana asap.
Gayung pun bersambut. WR 3 Unri Prof Iwantono berjanji akan segera membawa hasil temuan alumni ini ke kampus. Menurutnya, karya alumni seperti inilah yang selama ini ditunggu-tunggu. Dalam waktu dekat, pihak Unri akan adakan kuliah umum yang besar untuk mendengar ekspos temuan ini. Dan, rencana WR 3 ini didukung pula oleh rekan-rekan BEM Faperika Unri yang hadir di JKB #3 kemarin. Iwantono yakin, jika kampus dan alumni bersama-sama bergerak pasti masalah asap dan masalah lain di Riau akan bisa diselesaikan.
Melihat antusias ini, Ketua IKA Faperika Unri Baikal, pun merasa sangar senang. Menurut dia, JKB ini adalah wadah alumni Unri, buka saja alumni Faperika, untuk berkumpul dan berdiskusi. Ia berharap, lewat JKB, yang sudah 3 kali mengadakan pertemuan, akan lahir ide dan pemikiran cemerlang untuk memajukan almamater Unri dan tentunya juga Provinsi Riau. Inilah salah satu peran alumni Unri, dan diharapkan semua pihak bisa mendukungnya. Rls
| Editor | : | Tis |
| Kategori | : | Pekanbaru |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional

Minggu 07 September 2025, 20:18 WIB
Timnas Indonesia U-23 Wajib Kalahkan Korea Selatan Untuk lolos ke Putaran Final Piala Asia U-23 2025
Rabu 09 Juli 2025
PKB Gelar Puncak Harlah 23 Juli, Undang Prabowo hingga Ketum Partai
Rabu 11 Juni 2025
Arab Saudi Tegur Indonesia soal Data Kesehatan Jemaah, Kuota Haji 2026 Terancam Dipotong
Kamis 08 Mei 2025
"Jelang Kedatangan Jemaah, Petugas Siapkan Layanan di Makkah"
Politik

Rabu 29 Oktober 2025, 14:26 WIB
Bertemu Menteri Imigrasi, Ketua IWO Riau Tegaskan Komitmen Jadi Mitra Strategis Imigrasi dan Lapas
Jumat 17 Oktober 2025
Rohul Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Riau, Bukti Kepemimpinan Visioner Bupati Anton dan Wabup Syafaruddin Poti
Minggu 05 Oktober 2025
Tim Gabungan Avsec dan Lanud RSN Gagalkan Penyelundupan Narkotika Jenis Sabu Seberat Hampir 1Kg
Rabu 27 Agustus 2025
Kejari Rohul Tahan LA Kepsek dan R Bendahara SMAN 1 Ujung Batu
Nasional

Senin 03 November 2025, 22:19 WIB
Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
Senin 03 November 2025
Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
Senin 03 November 2025
PT. Tunggal Perkasa Plantations Giat Sosial, Fogging Permukiman Warga Cegah DBD
Jumat 24 Oktober 2025
Pemerintah Indonesia Resmi Bolehkan Umroh Mandiri Tanpa Biro Travel
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK 

Pekanbaru

Senin 20 Oktober 2025, 07:04 WIB
Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
Senin 20 Oktober 2025
Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
Selasa 07 Oktober 2025
Dugaan Adanya SPPD fiktif di DPRD Kota Pekanbaru, Sekwan Hambali Diperiksa Kejari
Rabu 01 Oktober 2025
Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau