BPS
BPS: Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia 27,73 Juta Jiwa
Senin 05 Januari 2015, 03:36 WIB
Poto Int
JAKARTA. Riaumadani. com - Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, relatif menurun dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen.
Kepala BPS Suryamin menyatakan, penurunan jumlah penduduk miskin sejak 2009 relatif melandai atau tidak berkurang signifikan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah.
"Sejak 2009 angka kemiskinan turun, tapi kecil sekali. Kalau tidak ada penanganan super khusus, [hanya] melandai penurunannya," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Jumat [2/1/2014] Kemarin.
Suryamin menjelaskan, pemerintah harus berupaya lebih maksimal dalam menjaga harga kebutuhan pokok agar tidak meningkat tinggi dan inflasinya rendah, karena penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga komoditas.
"Kalau harga naik, tanpa diikuti dengan kenaikan pendapatan, itu bisa memberatkan penduduk miskin, dan garis kemiskinan bisa meningkat. Untuk itu, salah satu solusinya pemerintah harus tetap memberikan bantuan sosial," ujarnya.
BPS mencatat angka kemiskinan pada 2009 mencapai 32,53 juta orang atau 14,15 persen, dan jumlahnya cenderung menurun hingga pada Maret 2014 hanya sebesar 28,28 juta orang atau 11,25 persen, sehingga angka penurunannya sekitar 4 juta orang.
Sementara, jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2014 tercatat mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen.
Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah perdesaan yaitu mencapai 17,37 juta orang atau 13,76 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen.
Pulau Jawa menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1 juta orang, diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta orang, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua sebesar 1,4 juta orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan penduduk miskin periode Maret-September 2014 antara lain laju inflasi yang cenderung rendah, kenaikan upah nominal harian buruh, harga eceran komoditas yang turun dan kenaikan PDB.
BPS juga mencatat selama periode tersebut, garis kemiskinan naik 3,17 persen, dari sebelumnya Rp302.735 per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp312.328 per kapita per bulan pada September 2014, dengan peranan komoditi makanan jauh lebih besar dari komoditi bukan makanan.
Berbagai komoditas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, bawang merah, perumahan, listrik, bensin, pendidikan dan pakaian jadi anak-anak.
Meskipun ada penurunan angka penduduk miskin, namun pemerintah harus tetap waspada, karena jumlah tersebut bisa kembali meningkat pada periode Maret 2015, setelah terjadi penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak [BBM] pada November 2014 dan Januari 2015. **
Kepala BPS Suryamin menyatakan, penurunan jumlah penduduk miskin sejak 2009 relatif melandai atau tidak berkurang signifikan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah.
"Sejak 2009 angka kemiskinan turun, tapi kecil sekali. Kalau tidak ada penanganan super khusus, [hanya] melandai penurunannya," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Jumat [2/1/2014] Kemarin.
Suryamin menjelaskan, pemerintah harus berupaya lebih maksimal dalam menjaga harga kebutuhan pokok agar tidak meningkat tinggi dan inflasinya rendah, karena penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga komoditas.
"Kalau harga naik, tanpa diikuti dengan kenaikan pendapatan, itu bisa memberatkan penduduk miskin, dan garis kemiskinan bisa meningkat. Untuk itu, salah satu solusinya pemerintah harus tetap memberikan bantuan sosial," ujarnya.
BPS mencatat angka kemiskinan pada 2009 mencapai 32,53 juta orang atau 14,15 persen, dan jumlahnya cenderung menurun hingga pada Maret 2014 hanya sebesar 28,28 juta orang atau 11,25 persen, sehingga angka penurunannya sekitar 4 juta orang.
Sementara, jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2014 tercatat mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen.
Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah perdesaan yaitu mencapai 17,37 juta orang atau 13,76 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen.
Pulau Jawa menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1 juta orang, diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta orang, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua sebesar 1,4 juta orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan penduduk miskin periode Maret-September 2014 antara lain laju inflasi yang cenderung rendah, kenaikan upah nominal harian buruh, harga eceran komoditas yang turun dan kenaikan PDB.
BPS juga mencatat selama periode tersebut, garis kemiskinan naik 3,17 persen, dari sebelumnya Rp302.735 per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp312.328 per kapita per bulan pada September 2014, dengan peranan komoditi makanan jauh lebih besar dari komoditi bukan makanan.
Berbagai komoditas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, bawang merah, perumahan, listrik, bensin, pendidikan dan pakaian jadi anak-anak.
Meskipun ada penurunan angka penduduk miskin, namun pemerintah harus tetap waspada, karena jumlah tersebut bisa kembali meningkat pada periode Maret 2015, setelah terjadi penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak [BBM] pada November 2014 dan Januari 2015. **
Editor | : | TIS.TP |
Kategori | : | Nasional |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional
Jumat 26 Januari 2024, 22:52 WIB
Daftar Negara Lolos 16 Besar Piala Asia 2023, Ada Indonesia
Jumat 22 Desember 2023
Serangan Israel ke Gaza Palestina Telah Menelan Korban 20,000 Jiwa
Minggu 03 Desember 2023
Jerman Rebut Juara Piala Dunia U17 2023, Kalahkan Perancis Lewat Adu Punalti,
Sabtu 02 Desember 2023
Beberapa Menit Gencatan Senjata Usai, Militer Zionis Israel Bombardir Rumah Sakit Nasser
Politik
Selasa 07 Mei 2024, 06:14 WIB
Abdul Wahid Serahkan formulir pendaftaran calon Gubernur Riau 2024 ke PDIP
Rabu 17 April 2024
MK Tegaskan Putusan Sidang Sengketa Pilpres 2024 Diumumkan 22 April
Jumat 12 April 2024
Bupati Kasmarni Langsung Gelar Open House di Wisma Daerah Sri Mahkota Bengkalis
Senin 08 April 2024
Koperasi Bunsur Pesisir Cemerlang Salurkan Pinjaman ke Dua Kepada 476 Pemilik SHM Lahan TORA
Nasional
Sabtu 11 Mei 2024, 19:56 WIB
Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari: Caleg Terpilih di Pileg 2024 Tak Wajib Mundur Jika Maju Pilkada
Sabtu 11 Mei 2024
Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari: Caleg Terpilih di Pileg 2024 Tak Wajib Mundur Jika Maju Pilkada
Senin 06 Mei 2024
Miris! Mahkamah Agung Diduga Terindikasi Kuat sebagai Pasar Gelap Jual-beli Perkara
Sabtu 20 April 2024
Tindak Lanjuti Pelanggaran Internal, KPK Tahan 15 Tersangka Pemerasan di Rutan
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK
Pekanbaru
Rabu 08 Mei 2024, 07:02 WIB
H.Endang Sukarelawan dan Lahmuddin Rambe Kembalikan Berkas Pendaftaran ke Partai PKB
Rabu 08 Mei 2024
H.Endang Sukarelawan dan Lahmuddin Rambe Kembalikan Berkas Pendaftaran ke Partai PKB
Rabu 08 Mei 2024
Rahmansyah Kembalikan Formulir Pendaftaran Bacalon Walikota Pekanbaru ke PKB dan Nasdem
Jumat 03 Mei 2024
STIH Persada Bunda Taja Seminar Nasional Hukum Pembaharuan Hukum Pidana “Tantangan dan Peluang”