Penyerangan Ulama
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Saat Kapolri Tito Karnavian Bingung Kasus Penyerangan Ulama Muncul Serba Kebetulan
Jumat 09 Maret 2018, 23:02 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
JAKARTA. RIAUMADANI. com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku bingung dengan tiga kasus penyerangan ulama yang pelakunya sama-sama orang tak waras. Dia menilai wajar bila masyarakat menyimpan prasangka adanya upaya sistematis di balik tiga kejadian yang berdekatan waktu itu.
"Ada beberapa pertanyaan yang menggantung di kita sehingga ini penyelidikan belum selesai, kok bisa ya kebetulan tiga kasus itu, yang dua di Jawa Barat dan satu di Jawa Timur, kok orangnya gangguan jiwa semua? Sama, kami (polisi) pun bertanya," ungkap Tito di hadapan jemaah Muhammadiyah dalam acara pengajian di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2018).
Tito mengatakan, untuk menjawab pertanyaan itu, kepolisian terus melakukan pendalaman. Salah satunya dengan cara menarik data dari ponsel ketiga pelaku untuk mengetahui jejak komunikasi mereka apabila memang ada pihak lain yang memanfaatkan gangguan emosional para pelaku.
"Tapi itu sedang didalami. Maka itu kita dalami lagi, (data) HP-nya ditarik satu bulan ke belakang, dia berhubungan dengan siapa saja. Ini sedang berjalan. Masih berkembang," sambung Tito.
Tak hanya itu, Tito juga merasa terganggu oleh adanya lima kasus yang melibatkan lima marbut atau penjaga masjid/musala yang dinyatakan sebagai rekayasa penyerangan ulama. Kelima marbut mengaku sengaja merekayasa seolah-olah mereka ulama yang mengalami serangan, dengan motif cari perhatian.
"Yang kedua, yang menggantung lagi di kita, ada lima kasus yang dilaporkan (ulama) dianiaya. Kok mirip semua jawaban (motif)-nya. Jawabannya karena minta perhatian, karena sebagai pengurus masjid tidak diberi kesejahteraan yang baik," tutur dia.
"Lima-limanya sama jawabannya. Oke, saya perintahkan kepada Pak Gatot (Staf Ahli Kapolri bidang Sosial dan Ekonomi/Kasatgas Nusantara Irjen Gatot Eddy Pramono) untuk didalami," imbuh Tito.
Jenderal bintang empat ini mengimbau kepada anggotanya agar tak mudah percaya pada pengakuan-pengakuan para pelaku rekayasa isu penyerangan ulama. Menurut Tito, penting untuk diketahui mengapa kelima pelaku sampai bersedia terlibat penyebaran berita bohong.
"Jangan percaya begitu saja. Fine, kalau dia sudah minta maaf, sudah terbukti bahwa tidak terjadi (penyerangan ulama), itu sudah bagus. Tapi kenapa mau-maunya sampai diviralkan lagi di media. Ini terus kita dalami," ucapnya.
"Bahkan dengan izin pesantrennya, bila perlu, kita jadikan tersangka supaya ada efek deteren terhadap yang lain sekaligus biar dia "bunyi" kalau memang ada pihak ketiga yang memanfaatkan dia," lanjut Tito.
Dengan kebingungan-kebingungan ini, Tito menyimpulkan Polri belum bisa memastikan ketiadaan upaya sistematis pihak tertentu di balik maraknya isu penyerangan ulama.
"Saya tidak memastikan bahwa tidak terjadi upaya yang sistematis di darat (dunia nyata). Tapi Polri belum menemukan," tutup dia.
(Rls/Dtc)
"Ada beberapa pertanyaan yang menggantung di kita sehingga ini penyelidikan belum selesai, kok bisa ya kebetulan tiga kasus itu, yang dua di Jawa Barat dan satu di Jawa Timur, kok orangnya gangguan jiwa semua? Sama, kami (polisi) pun bertanya," ungkap Tito di hadapan jemaah Muhammadiyah dalam acara pengajian di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2018).
Tito mengatakan, untuk menjawab pertanyaan itu, kepolisian terus melakukan pendalaman. Salah satunya dengan cara menarik data dari ponsel ketiga pelaku untuk mengetahui jejak komunikasi mereka apabila memang ada pihak lain yang memanfaatkan gangguan emosional para pelaku.
"Tapi itu sedang didalami. Maka itu kita dalami lagi, (data) HP-nya ditarik satu bulan ke belakang, dia berhubungan dengan siapa saja. Ini sedang berjalan. Masih berkembang," sambung Tito.
Tak hanya itu, Tito juga merasa terganggu oleh adanya lima kasus yang melibatkan lima marbut atau penjaga masjid/musala yang dinyatakan sebagai rekayasa penyerangan ulama. Kelima marbut mengaku sengaja merekayasa seolah-olah mereka ulama yang mengalami serangan, dengan motif cari perhatian.
"Yang kedua, yang menggantung lagi di kita, ada lima kasus yang dilaporkan (ulama) dianiaya. Kok mirip semua jawaban (motif)-nya. Jawabannya karena minta perhatian, karena sebagai pengurus masjid tidak diberi kesejahteraan yang baik," tutur dia.
"Lima-limanya sama jawabannya. Oke, saya perintahkan kepada Pak Gatot (Staf Ahli Kapolri bidang Sosial dan Ekonomi/Kasatgas Nusantara Irjen Gatot Eddy Pramono) untuk didalami," imbuh Tito.
Jenderal bintang empat ini mengimbau kepada anggotanya agar tak mudah percaya pada pengakuan-pengakuan para pelaku rekayasa isu penyerangan ulama. Menurut Tito, penting untuk diketahui mengapa kelima pelaku sampai bersedia terlibat penyebaran berita bohong.
"Jangan percaya begitu saja. Fine, kalau dia sudah minta maaf, sudah terbukti bahwa tidak terjadi (penyerangan ulama), itu sudah bagus. Tapi kenapa mau-maunya sampai diviralkan lagi di media. Ini terus kita dalami," ucapnya.
"Bahkan dengan izin pesantrennya, bila perlu, kita jadikan tersangka supaya ada efek deteren terhadap yang lain sekaligus biar dia "bunyi" kalau memang ada pihak ketiga yang memanfaatkan dia," lanjut Tito.
Dengan kebingungan-kebingungan ini, Tito menyimpulkan Polri belum bisa memastikan ketiadaan upaya sistematis pihak tertentu di balik maraknya isu penyerangan ulama.
"Saya tidak memastikan bahwa tidak terjadi upaya yang sistematis di darat (dunia nyata). Tapi Polri belum menemukan," tutup dia.
(Rls/Dtc)
| Editor | : | Tis |
| Kategori | : | Hukum |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional

Minggu 07 September 2025, 20:18 WIB
Timnas Indonesia U-23 Wajib Kalahkan Korea Selatan Untuk lolos ke Putaran Final Piala Asia U-23 2025
Rabu 09 Juli 2025
PKB Gelar Puncak Harlah 23 Juli, Undang Prabowo hingga Ketum Partai
Rabu 11 Juni 2025
Arab Saudi Tegur Indonesia soal Data Kesehatan Jemaah, Kuota Haji 2026 Terancam Dipotong
Kamis 08 Mei 2025
"Jelang Kedatangan Jemaah, Petugas Siapkan Layanan di Makkah"
Politik

Rabu 29 Oktober 2025, 14:26 WIB
Bertemu Menteri Imigrasi, Ketua IWO Riau Tegaskan Komitmen Jadi Mitra Strategis Imigrasi dan Lapas
Jumat 17 Oktober 2025
Rohul Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Riau, Bukti Kepemimpinan Visioner Bupati Anton dan Wabup Syafaruddin Poti
Minggu 05 Oktober 2025
Tim Gabungan Avsec dan Lanud RSN Gagalkan Penyelundupan Narkotika Jenis Sabu Seberat Hampir 1Kg
Rabu 27 Agustus 2025
Kejari Rohul Tahan LA Kepsek dan R Bendahara SMAN 1 Ujung Batu
Nasional

Senin 03 November 2025, 22:19 WIB
Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
Senin 03 November 2025
Pemprov Riau Tegaskan Gubernur Abdul Wahid Tak Terjaring OTT KPK
Senin 03 November 2025
PT. Tunggal Perkasa Plantations Giat Sosial, Fogging Permukiman Warga Cegah DBD
Jumat 24 Oktober 2025
Pemerintah Indonesia Resmi Bolehkan Umroh Mandiri Tanpa Biro Travel
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK 

Pekanbaru

Senin 20 Oktober 2025, 07:04 WIB
Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
Senin 20 Oktober 2025
Dani Nursalam Pimpin LKP DPW PKB Riau, Abdul Wahid: Kader Harus Jadi Penjaga Ideologi dan Aspirasi Masyarakat
Selasa 07 Oktober 2025
Dugaan Adanya SPPD fiktif di DPRD Kota Pekanbaru, Sekwan Hambali Diperiksa Kejari
Rabu 01 Oktober 2025
Dua Pelaku Pengoplos Gas LPG Bersubsidi Dibekuk Tim Ditreskrimsus Polda Riau