Ustadz Abdul Somad. LC. MA
Syair Datuk Seri Ulama Setia Negara
Kamis 22 Februari 2018, 11:39 WIB
Datuk Seri Ulama Setia Negara Abdul Somad, Lc. MA
Dengan Bismillah kalam bermula
Alhamdulilah pembuka kata
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia
Abdul Somad aku bernama
Selesai belajar di Negara Narasinga
Pernah singgah di IAIN Suska
Terbang menuju Bumi Seribu Menara
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya
Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona
Setelah lama mengembara
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA
Banyak orang bertanya-tanya
Apalah agaknya artinya
Lagi cemas mencari anak dara
Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila
Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata
Subuh tiba gelap gulita
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia
Berbekal sabar dan doa
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda
Ada pula yang menuduh paksa
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya
Bila di bandingkan Nabi Besar kita
Gigi patah kaki terluka
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga
Bila busuk hati terus dipelihara
Orang Melayu cinta negara
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata
Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta
Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur an di tangan dan alif ba ta
Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka
Dari Batman hingga Mahabarata
Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja
Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata
Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa
Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholeh jualah yang mengalir ke kita
Malam berinai kan tiba jua
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka
Banyak orang bertanya–tanya Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA
Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara
Bila sampai masanya tiba
Anak berbisik ke pangkal telinga
Buah hati belaian jiwa
Mizyan Hadziq Abdillah putera teruna
La ilaha illallah azza wa jalla.
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA
Alhamdulilah pembuka kata
Shalawat dan salam sempurnalah makna
Yang kecik dibina yang besar mulia
Abdul Somad aku bernama
Selesai belajar di Negara Narasinga
Pernah singgah di IAIN Suska
Terbang menuju Bumi Seribu Menara
Melihat Sungai Nil dan Piramida
Bersua dengan Fir aun dan Musa
Hinggap sekejap di Bumi Malaya
Akhirnya terdampar di Gurun Sahara
Hampir sampai ke Barcelona
Setelah lama mengembara
Kembali jua ke bumi tercinta
Tanah Siak Sri Indrapura
Membawa gelar LC dan MA
Banyak orang bertanya-tanya
Apalah agaknya artinya
Lagi cemas mencari anak dara
Nasehat orang tua-tua
Bernaunglah di pokok yang gagah perkasa
Batangnya jadi penyangga
Akarnya tempat bersila
Bersilaturrahim ke rumah Doktor Musthafa
Rumah putih di Jalan Gulama
Dia bawa daku sepuluh senja
Ke TVRI membawa acara
Bila ia pergi ke Malaysia
Daku duduk di singgasana
Menjadi guru sekejap mata
Subuh tiba gelap gulita
Menuju Masjid dipagi gulita
Jamaah pun tak pulak ada
Banyak pula tiang darikan manusia
Berbekal sabar dan doa
Nasib baik datang menyapa
Khutbah bergetar dari Masjid Raya
Banyak mata terpesona
Caci hamunpun ikut serta
Lovers and haters kata anak-anak muda
Ada pula yang menuduh paksa
Fitnah anti Bhineka Tunggal Ika
Diusir dari Pulau Dewata
Deportasi dari Cina
Tapi hati tak rasa hina
Semua itu belum ada apa-apanya
Bila di bandingkan Nabi Besar kita
Gigi patah kaki terluka
Namun tetap berbalas doa
Sungguh tak layak masuk ke surga
Bila busuk hati terus dipelihara
Orang Melayu cinta negara
13 Juta Gulden belanda
Diderma untuk membela bangsa
Sultan Syarif Kasim orang mulia
Dari Siak Sri Indrapura
Berdaulat ke Yogyakarta
Jangan kau ajar kami tentang cinta
Kalau bukan karna kami punya bahasa
Kau pun tak dapat bertutur kata
Dendam jangan masuk ke kepala
Masih banyak yang perlu di rasa
Anak Sakai meniti pipa
Anak Akit senyum menyapa
Talang Mamak terus menganga
Padahal minyak tiada terkira
Tapi apa yang mau di kata
Terlampau banyak diangkut ke Jakarta
Awan berarak menanti senja
Budak menuju Surau Mushalla
Qur an di tangan dan alif ba ta
Tak lupa rotan di belah dua
Tapi kini semua dah sirna
Semua sudah berganti rupa
Budak asik bermain Sega
Play Station warnet beraneka
Dari Batman hingga Mahabarata
Sampai Spiderman sarang laba-laba
Kalau lah tak ada usah
Budak Melayu kan hancur binasa
Melayu hanya tinggal nama
Rosak kerana Aids dan narkoba
Menjemput murka dan bencana
Wajah menjadi bermuram durja
Selepas masuk Belanda
Banyak anak tak boleh tulis baca
Huruh Arab dibuang serta
Melayu Riau boleh berbangga
Huruh Arab Melayu merata-rata
Dari Masjid hingga kantor Walikota
Tapi bila tiba saatnya
Huruf Arab hanya mantra
Dibaca saat duka cita
Atau untuk pelet wanita
Sungguh kiamat di pelupuk mata
Maka
Masuklah anak ke sekolah agama
Ada Gontor 7 dijalan ke Kampa
Darel Hikmah, Babussalam, dan Ash-Shofa
Atau IBS arah Asrama Tentara
Memang agak mahal biaya
Minimal pelajaran agama ada lima
Menjadi bekal dari muda ke tua
Andai tersesat boleh kembali semula
Mereka kan jadi pemimpin bangsa
Dari Presiden sampai Pak KUA
Kita semua akan binasa
Harta tiada di bawa serta
Anak sholeh jualah yang mengalir ke kita
Malam berinai kan tiba jua
Tepak sirih merah merona
Gambir kapur dan pinang tua
Mulut mengunyah bermasam muka
Tanda lidah sedang merasa
Pahit kelat dan pedar ada
Semua mesti di telan sama
Pertanda hidup berumah tangga
Mak andam duduk memasang kenaga
Jemputan hadir saudara mara
Barzanji di baca serta marhaba
Tuan Mufti membaca doa
Air mata bahagia ayah dan bunda
Menanti cucu penyejuk mata
Disana bahagia berpunca
Tapi kini semua tak ada
Akad menjadi majelis duka
Kerana marah menghunjam dada
Rosak sudah pemudi pemuda
Amuk dan hamun mengisi acara
Mereka pun tak salah juga
Kerana diam kita lah bencana mereka
Banyak orang bertanya–tanya Siapalah agaknya
Menulis kata-kata berbingkai makna
Menyentuh rasa hati dan kepala Jawabannya
Siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara
Abdul Somad Lc. MA
Tapi bila malaikat maut tiba
Pangkat dan kuasa tak lagi bermakna
Hanya iman dan amal shalih jua
Yang akan di bawa serta
Tinggallah rumah besar bertingkap kaca
Anak menantu sahabat tetangga
Kain songket dan baju sutera
Cincin emas dan batu permata
Ruby zamrud dan mutiara
Tangan yang pernah menyapu air mata
Orang susah dan miskin papa
Kepala anak yatim tiada berbapa
Apa tanda Melayu menyapa
Lemah lembut bertutur kata
Apa tanda Melayu beragama
Takut pada Allah semata
Apa tanda Melayu bernegara
Tetes darah asal jangan hina
Kala menung datang menyapa
Saat tanah pusara sudah pun rata
Anak menantu jiran tetangga
Tinggallah diri sebatang kara
Bila sampai masanya tiba
Anak berbisik ke pangkal telinga
Buah hati belaian jiwa
Mizyan Hadziq Abdillah putera teruna
La ilaha illallah azza wa jalla.
Oleh: Abdul Somad, Lc. MA
Editor | : | Tis |
Kategori | : | Budaya |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Internasional
Jumat 26 Januari 2024, 22:52 WIB
Daftar Negara Lolos 16 Besar Piala Asia 2023, Ada Indonesia
Jumat 22 Desember 2023
Serangan Israel ke Gaza Palestina Telah Menelan Korban 20,000 Jiwa
Minggu 03 Desember 2023
Jerman Rebut Juara Piala Dunia U17 2023, Kalahkan Perancis Lewat Adu Punalti,
Sabtu 02 Desember 2023
Beberapa Menit Gencatan Senjata Usai, Militer Zionis Israel Bombardir Rumah Sakit Nasser
Politik
Selasa 07 Mei 2024, 06:14 WIB
Abdul Wahid Serahkan formulir pendaftaran calon Gubernur Riau 2024 ke PDIP
Rabu 17 April 2024
MK Tegaskan Putusan Sidang Sengketa Pilpres 2024 Diumumkan 22 April
Jumat 12 April 2024
Bupati Kasmarni Langsung Gelar Open House di Wisma Daerah Sri Mahkota Bengkalis
Senin 08 April 2024
Koperasi Bunsur Pesisir Cemerlang Salurkan Pinjaman ke Dua Kepada 476 Pemilik SHM Lahan TORA
Nasional
Senin 06 Mei 2024, 10:34 WIB
Miris! Mahkamah Agung Diduga Terindikasi Kuat sebagai Pasar Gelap Jual-beli Perkara
Senin 06 Mei 2024
Miris! Mahkamah Agung Diduga Terindikasi Kuat sebagai Pasar Gelap Jual-beli Perkara
Sabtu 20 April 2024
Tindak Lanjuti Pelanggaran Internal, KPK Tahan 15 Tersangka Pemerasan di Rutan
Sabtu 20 April 2024
KPK Catat 14.072 PN/WL Belum Lapor LHKPN Hingga Batas Akhir Maret 2024
Terpopuler
01
Minggu 07 Agustus 2016, 07:47 WIB
Ribuan Personel Keamanan Diterjunkan Kawal Kirab Api PON 2016 Selama 11 Har 02
Rabu 17 September 2014, 02:20 WIB
Pemkab Pelalawan Kembangkan Pembibitan Ikan Secara Modern 03
Sabtu 25 April 2015, 04:51 WIB
10 Pejabat Kedubes Asing Dipanggil ke Nusakambangan 04
Selasa 09 Februari 2016, 01:21 WIB
LSM Laporkan Satker SNVT.Dedi dan PPK, Rukun dan Irzami Ke KPK 05
Rabu 25 Juni 2014, 05:20 WIB
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Klarifikasi Harta ke KPK
Pekanbaru
Jumat 03 Mei 2024, 10:00 WIB
STIH Persada Bunda Taja Seminar Nasional Hukum Pembaharuan Hukum Pidana “Tantangan dan Peluang”
Jumat 03 Mei 2024
STIH Persada Bunda Taja Seminar Nasional Hukum Pembaharuan Hukum Pidana “Tantangan dan Peluang”
Selasa 30 April 2024
Sekjen FKPMR H. Endang Sukarelawan Ambil Formulir Bacalon Walikota ke DPC PKB Kota Pekanbaru
Jumat 26 April 2024
Parisman Ikhwan Alias Bang Iwan Patah Ambil Formulir Balon Walikota Pekanbaru di DPC PKB