Sabtu, 27 April 2024

Breaking News

  • Husni Merza; Pemkab Siak Dukung PSN Pada PTPN Group, Guna Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat   ●   
  • Bupati Bengkalis Ajak Petani Kelola Lahan dan Pekarangan Secara Optimal   ●   
  • Truk Bermuatan Minyak Mentah Diduga Ilegal Dari Jambi Bebas Lalu Lalang di Wilkum Propinsi Riau   ●   
  • Parisman Ikhwan Alias Bang Iwan Patah Ambil Formulir Balon Walikota Pekanbaru di DPC PKB   ●   
  • Wabup Husni Merza Audiensi Bersama Ditjen Bina Perencanaan, Tata Ruang Wilayah I Kementerian ATR/BPN   ●   
Resmi Jadi Cawapres Prabowo, PDIP Anggap Gibran Sudah Bukan Kader Banteng
Jumat 27 Oktober 2023, 11:30 WIB
Resmi Jadi Cawapres Prabowo, PDIP Anggap Gibran Sudah Bukan Kader Banteng

Resmi Jadi Cawapres Prabowo, PDIP Anggap Gibran Sudah Bukan Kader Banteng

 

RIAUMADANI. COM, JAKARTA - Sejak Gibran Rakabuming Raka resmi sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto memunculkan spekulasi mengenai keanggotaan putra sulung Presiden Jokowi tersebut di PDIP.

Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun mengatakan, keputusan Gibran menunjukkan sikap tidak tegak lurus terhadap partai.

"Secara de facto, keanggotaan Gibran di PDI Perjuangan telah berakhir setelah pendaftarannya secara resmi menjadi cawapres dari Koalisi Indonesia Maju. Tidak perlu heboh. Dalam organisasi partai, keluar, pindah, berhenti, dan beralih itu hal yang biasa," ujar Komarudin lewat keterangannya, Kamis (26/10/2023).

Ia pun mengungkit pertemuan pertama kali antara Gibran dan Prabowo di Solo, Jawa Tengah, pada 19 Mei 2023. Setelah pertemuan itu, DPP PDIP langsung memanggilnya untuk meminta klarifikasi wali kota Solo itu pada 22 Mei 2023.

Pada saat itu, DPP PDIP tak memberikan sanksi kepada dan hanya memberikan nasihat serta memintanya tegak lurus terhadap perintah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Saat itu Gibran menyampaikan terima kasih atas nasihatnya dan sebagai kader muda berjanji akan tetap tegak lurus sesuai arahan Ibu Ketua Umum," ujar Komarudin.

Dengan adanya kasus Gibran ini, ia mengingatkan seluruh kader PDIP untuk tegak lurus terhadap perintah partai. PDIP diketahui telah resmi mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Ia pun mencontohkan kader senior PDIP, yakni FX Hadi Rudyatmo, yang tegak lurus terhadap perintah partai. Megawati juga sudah menegaskan, semua elemen partainya harus turun ke bawah untuk memenangkan Ganjar dan Pemilu 2024.

"Pada akhirnya, melalui kejadian ini publik akan tahu, mengenal, menilai, dan memutuskan tentang sosok, akhlak, karakter, dan perilaku calon pemimpin bangsa Indonesia ke depan," ujar anggota Komisi II DPR itu.

Gibran merespons dengan santai tudingan bahwa dirinya mengkhianati PDIP karena menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto. Gibran mengaku tak masalah dicap pengkhianat.

"Enggak apa-apa, itu enggak apa-apa," kata Gibran.

Mengenai status keanggotaannya di PDIP, Gibran enggan memberikan penjelasan, bahkan dia sempat kabur menghindari wartawan dengan cara keluar lewat pintu yang tak ditunggui awak media. Dia hanya menjawab sekenanya dengan kembali menyatakan bahwa dirinya dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani sudah bertemu.

Gibran seperti halnya bapaknya merupakan kader PDIP. Saat partai berlogo banteng moncong putih itu sudah mengusung pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Gibran justru menjadi cawapres pendamping Prabowo.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai lunaknya PDIP terhadap Gibran disebabkan masih tingginya peran Jokowi terhadap PDIP menjelang Pemilu 2024. Hal itu terekam dalam hasil surveinya yang menunjukkan bahwa alasan terbesar kedua para responden memilih PDIP adalah karena sosok Jokowi, yakni sebesar 23,9 persen.

"Alasan terbesar kedua memilih partai ini karena faktor Jokowi, sementara yang memilih Ibu Mega sebagai ketua umum partai itu hanya 2,2 persen. Nah, ini menarik karena hubungan keduanya belakangan dianggap sedang tidak baik-baik saja," ujar Burhanuddin.

Alasan terbesar kedua para responden memilih PDIP adalah karena sosok Jokowi.

Alasan terbesar pertama para responden memilih PDIP adalah karena terbiasa memilih partai tersebut, yakni sebesar 28,4 persen, kemudian karena sosok Jokowi sebesar 23,9 persen. Alasan berikutnya adalah kinerja partai (7,1 persen), anggota keluarga memilih partai tersebut (7,0 persen), dan partai tersebut suka memberi bantuan (6,8 persen).

Selanjutnya, responden suka dengan partai tersebut (5,1 persen), mendukung kebijakan partai (3,5 persen), komunitas atau suku memilih partai tersebut (3,3 persen), dan karena suka Megawati (2,2 persen). Angka 23,9 persen yang memilih PDIP karena Jokowi bukanlah suara yang kecil dan membuat partai berlambang kepala banteng itu dinilai melunak terhadap Gibran.

"Treatment PDI Perjuangan yang dianggap terlalu lunak kepada Gibran yang maju melalui koalisi partai lain karena PDI Perjuangan sadar karena peran Pak Jokowi dalam menggendong PDI Perjuangan itu penting, terutama jelang Pemilu 2024. Jadi, kalau (Gibran) misalnya dikeluarkan dari PDI Perjuangan, khawatir suara PDI Perjuangan anjlok," ujar Burhanuddin.

Elektabilitas

Indikator Politik Indonesia merekam simulasi tiga pasangan capres-cawapres seusai adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai usia minimal untuk maju dalam pilpres.

Tiga pasangan tersebut adalah Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Usai putusan MK tersebut, elektabilitas Prabowo-Gibran mengungguli kedua pasangan lainnya, dengan elektabilitas sebesar 36,1 persen. Di bawahnya adalah Ganjar-Mahfud dengan perolehan sebesar 33,7 persen. Sedangkan, di posisi terakhir adalah Anies-Muhaimin 23,7 persen.

"Simulasi pasangan tidak berbeda signifikan dari simulasi tiga nama (capres saja)," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.

Namun, angka simulasi pasangan tersebut rupanya menunjukkan penurunan bagi elektabilitas Prabowo dan Ganjar sebagai perseorangan. Elektabilitas keduanya adalah Prabowo (37,0 persen) dan Ganjar (34,8 persen).

Imbas dari penurunan elektabilitas dari simulasi pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud itu membawa peningkatan angka bagi pasangan Anies-Muhaimin. Anies sebagai perseorangan memiliki elektabilitas sebesar 22,3 persen.

"Suara Pak Prabowo ketika bergandengan dengan Gibran agak turun. Suara Ganjar ketika berpasangan dengan Pak Mahfud dan kemudian disodori lawan dari Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin, sebagian pendukung Ganjar lari ke tidak tahu/tidak jawab. Tetapi, yang pasti, ada sebagian pendukung Pak Prabowo lama pindah ke Anies, makanya suara Anies-Muhaimin nambah," kata dia.

Indikator Politik Indonesia melakukan survei pada 16-20 Oktober 2023. Jumlah responden sebanyak 2.567 orang yang tersebar di seluruh provinsi yang terdistribusi proporsional. Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka. Survei menggunakan metode simple random sampling yang memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekira 1,97 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(*Rls/01)




Editor : Tis
Kategori : Politik
Untuk saran dan pemberian informasi kepada katariau.com, silakan kontak ke email: redaksi riaumadain.com
Komentar Anda
Berita Terkait
 
 
Copyrights © 2022 All Rights Reserved by Riaumadani.com
Scroll to top