

RIAU MADANI. COM. SIAK - Masyarakat Suku Asli Anak Rawa, Kampung Penyengat, mulai mempersiapkan tradisi tujuh likur dalam bulan Ramadhan 1444.H/2023.M ini. Tradisi malam tujuh likur adalah tradisi yang dilakukan oleh warga secara rutin setahun sekali dalam bulan Ramadhan yaitu puncaknya tanggal 27 Ramadhan.17/04/2023
Malam 27 Ramadhan 144H dianggap masyarakat Kampung Penyengat, sebagai malam yang suci. Masyarakat Kampung Penyengat, memasang pelita (lampu colok) di sekeliling rumah mereka.
Pelita tersebut dipasang di tiap tiap sudut yang menggelilingi rumah, dipasang berderet mengikuti panjang jalan, serta dipasang ditiap tiap gerbang yang dibuat menyerupai masjid. Masyarakat Kampung Penyengat, mempercayai bahwa malam Tujuh Likur ini malam turunnya Lailatul Qadar. Jadi setiap rumah harus terang benderang, supaya Lailatul Qadar bisa masuk kedalam rumah jika rumah kita terang., kegiatan malam tujuh likur dilaksanakan dengan memasang pelita atau lebih dikenal dengan lampu colok.
Abok Agustinus, selalu penghulu Kampung Penyengat, kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak, mengatakan, Pelita (lampu colok) adalah salah satu alat penerangan yang dipakai nenek moyang dahulu pada saat listrik belum dikenal. Lampu ini menggunakan bahan bakar minyak tanah yang dibuat sedemikan rupa.sedangkan tradisi yang biasa dilakukan oleh pemuda-pemuda setempat ialah membuat beberapa pintu gerbang sebagai kerangka untuk menyusun lampu- lampu tersebut.
Susunan tersebut membentuk berbagai macam formasi seperti memanjang, melingkar dan membentuk pola berupa Rumah. yang dibuat dalam bentuk gerbang. Pemasangan lampu colok biasanya dimulai pada 21 hari bulan ramadhan yang disebut malam satu likur hingga pada malam 27 Ramadhan atau sering disebut dengan tujuh likur, .Pungkas Abok Agustinus, "
Malam tujuh likur dimeriahkan dan dirayakan dengan bermacam-macam kegiatan seperti membuat makanan lalu diantarkan di mesjid untuk dibacakan doa. Setelah itu mereka beramai-ramai datang bersilaturahmi dari gerbang ke gerbang yang lain. Selain membuat makanan untuk diantarkan ke masjid. Warga juga membuat makanan untuk diletakkan di masing-masing gerbang. Disetiap gerbang juga ada acara doa selamat digerbang tersebut pada malam tujuh likur.
Setiap masyarakat yang datang berkunjung untuk melihat gerbang bisa mencicipi makanan yang sudah disediakan.Makanan ini .di buat disetiap gerbang guna untuk mempererat silaturahmi, bersyukur dan berbagi rezeki diantara masyarakat. Setiap orang yang datang untuk melihat gerbang-gerbang disetiap kampung, selalu disambut dengan baik oleh penjaga gerbang.
Dalam Ramadhan 1444H kali ini, mulai terlihat aktivitas masyarakat disejumlah daerah baik itu kampung Penyengat, sampai di Kecamatan Sungai Apit, dalam menyiapkan membuat gerbang tujuh likur. Meski tanpa adanya perlombaan gerbang tujuh likur, masyarakat tetap semangat demi memeriahkan tujuh likur.
Pada kesempatan itu juga, penghulu Kampung Penyengat Abok Agustinus, memberikan santunan kepada anak yatim dan orang tua jumpo maupun janda berupa uang dan Sembako.
Kegiatan ini juga menampilkan hiburan tarian tradisi dari Suku Asli Anak Rawa. Adapun kegiatan ini, Yang bertempat di lapangan Futsal kampung Penyengat
Hadir pada Acara Tersebut, Kapolsek Sungai Apit. AKP. Jefri. A. Purba. SH, yg di dampingi Bhabinkamtibmas, Bripka. Alfa Hasim, Bhabinsa kormil.02, Sungai Apit, serta pemuka masyarakat Kampung Penyengat dan Masyarakat
( Gunawan. s)
Editor | : | Tis |
Kategori | : | Siak |





01
02
03
04
05



