RIAUMADANI. COM. PEKANBARU – Anak-anak jadi korban aksi tak berbudaya berupa pengusiran dari area sidang paripurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau dalam rangka HUT ke-66 Riau, Rabu (9/8/2023).
Anak - anak itu merupakan pemeran teater budaya dengan judul "Opera Tun Fatimah" dari Lembaga Teater Selembayung Pekanbaru.
Aksi pengusiran dilakukan saat kedatangan Gubernur Riau bersama rombongan. Padahal saat itu, mereka sedang beraksi, namun tiba-tiba dihentikan dan disuruh keluar dari ruangan paripurna.
''Kami seharusnya pentas di acara inti sidang paripurna setelah tari persembahan," kata Sutradara sekaligus Pimpinan Teater Selembayung, Fedli Aziz kepada GoRiau.com, Kamis (10/8/2023).
Dikatakannya, beberapa hari sebelum acara, pihak Selembayung diminta untuk tampil lebih awal. Namun Fedli menolak dengan mengatakan, "Untuk apa kami tampil hanya ditonton jejeran kursi kosong?''.
Kejadian itu akhirnya memuncak pada hari pelaksanaan, dimana saat pertunjukan sudah dimulai sekitar 10 menit tiba-tiba dihentikan dengan alasan kedatangan Gubernur Riau.
Penghentian ini membuat aktor cilik yang sudah menantikan kesempatan bermain di depan tamu-tamu penting merasa sangat kecewa. "Mereka tadinya begitu bahagia bisa pentas di ruangan mewah dan ditonton banyak orang dewasa," ungkap Fredli dengan nada sedih.
Ironisnya, setelah para aktor dan anak-anak diusir, rombongan gubernur baru memasuki ruangan lebih dari 20 menit kemudian. Sementara pertunjukan sebenarnya tinggal 5 menit lagi sebelum aksi pengusiran.
Penampilan teater Selembayung mementaskan "Opera Tun Fatimah", yang juga melibatkan anak-anak sekolah dasar. Opera itu mengisahkan arogansi Mahmud I yang merenggut nyawa keluarga Tun Fatimah pada abad ke-16.
Peristiwa ini bertolak belakang dengan visi Riau yang akan memajukan kebudayaan serta sudah memasukkan kurikulum kebudayaan Melayu Riau ke sekolah - sekolah hingga perguruan tinggi. (Rls)
Editor | : | Tis |
Kategori | : | Pekanbaru |